SUKUN
Family MORACEAE
Family MORACEAE
Deskripsi
Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m.
Kayunya lunak dan kulit kayu berserat kasar. Semua bagian tanaman
bergetah encer. Daun dan batang Daunnya lebar sekali, bercanggap
menjari, dan berbulu kasar. Batangnya besar, agak lunak, dan bergetah
banyak. Cabangnya banyak, pertumbuhannya cenderung ke atas. Bunga Bunga
sukun berkelamin tunggal (bunga betina dan bunga jantan terpisah),
tetapi berumah satu. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang
dan ranting. Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang disebut ontel.
Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek (babal) seperti pada
nangka. Bunga betina merupakan bunga majemuk sinkarpik seperti pada
nangka. Kulit buah menonjol rata sehingga tampak tidak jelas yang
merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik. Pada buah keluwih, tonjolan
pada kulit buah merupakan duri yang lunak. Penyerbukan bunga dibantu
oleh angin, sedangkan serangga yang sering berkunjung kurang berperan
dalam penyerbukan bunga. Pada buah sukun, walaupun terjadi penyerbukan,
pembuahannya mengalami kegagalan sehingga buah yang terbentuk tidak
berbiji. Pada keluwih (Artocarpus communis) kedua proses dapat
berlangsung normal sehingga buah yang terbentuk berbiji normal dan kulit
buah berduri lunak sekali. Duri buah keluwih merupakan bekas tangkai
putik bunga majemuk sinkarpik. Buah Buah sukun mirip dengan buah keluwih
(timbul). Perbedaannya adalah duri buah sukun tumpul, bahkan hampir
tidak tampak pada permukaan buahnya. Selain itu, buah sukun tidak
berbiji (partenokarpi). Akar Tanaman sukun mempunyai akar tunggang yang
dalam dan akar samping dangkal. Akar samping dapat tumbuh tunas yang
sering digunakan untuk bibit.
Manfaat
Buah sukun yang telah tua dapat direbus, digoreng, dibuat tepung dan
keripik, serta dapat dibuat tape melalui fermentasi. Kayu tanaman sukun
tidak dapat digunakan untuk bahan bangunan, tetapi tidak baik untuk kayu
bakar. Demikian pula, kayu tanaman keluwih. Buah keluwih umumnya
dipanen muda untuk disayur. Bunga jantan tanaman sukun yang telah kering
dapat dimanfaatkan sebagai obat nyamuk. Rebusan daun sukun atau daun
keluwih dapat digunakan untuk obat penyakit kuning (hepatitis).
Syarat Tumbuh
Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian
1200 m dpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm
per tahun. Tanah aluvial yang mengandung banyak bahan organik disenangi
oleh tanaman sukun. Derajat keasaman tanah seldtar 6-7. Tanaman sukun
relatif toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan
naungan. Di tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak
tinggi serta sering tergenang air, tanaman sukun masih mampu tumbuh dan
berbuah.
Pedoman Budidaya
Perbanyakan tanaman Biasanya tanaman sukun diperbanyak dengan setek
akar atau cangkok. Walaupun tanaman dapat diperbanyak dengan okulasi
atau sambung pucuk pada batang bawah semai keluwih, tetapi cara ini
tidak dianjurkan karena persentase keberhasilannya rendah dan relatif
lama. Akar samping pohon sukun ditarik ke atas, lalu dipotong sepanjang
20-30 cm, kemudian disemaikan untuk bibit. Pada akar yang tampak di
permukaan tanah sering tumbuh tunas. Tunas ini dapat dipotong beserta
akar induknya untuk dijadikan bibit. Budi daya tanaman Bibit sukun yang
.telah mencapai tinggi kurang lebih 70 cm dapat ditanam di kebun. Ukuran
lubang tanam 40 cm x 40 cm x 30 cm. Setiap lubang diberi 10 kg pupuk
kandang yang telah matang. Sebaiknya bibit muda dilindungi dulu dengan
daun kelapa atau daun lainnya untuk mencegah sengatan sinar matahari dan
diberi air yang cukup bila musim kemarau.
Pemeliharaan
Pemangkasan cabang jarang dilakukan. Namun, bila pembentukan
percabangan belum bagus maka batang utamanya sebaiknya dipangkas agar
bertunas banyak. Pupuk buatan berupa NPK (15:15:15) diberikan tiga bulan
sekali sebanyak 25-1000 g per pohon per tahun sesuai dengan umur
tanaman. Setelah tanaman berbuah, pemupukan cukup diberikan 1-2 kali
pertahun sebelum berbunga dan sesudah panen raya.
Hama dan Penyakit
Hama yang biasa menyerang tanaman sukun adalah penggerek batang
(Xyleberus sp.) dan lalat buah (Dacus sp.). Lubang gerekan pada batang
disumbat rapat dengan aspal atau batangnya disiram dengan larutan
insektisida sistemik dapat mengatasi serangan. Hama penggerek ini dapat
mematikan pohon. Oleh karena itu, bila ada serangan harus cepat
diberantas. Penyakit yang biasa mengancam tanaman sukun adalah mati
pucuk (Fusarium sp.), busuk buah lunak (Phytophthora palmivora), dan
busuk tangkai buah (Rhizopus sp.). Namun, penyakit ini belum merupakan
ancaman serius.
Panen dan Pasca Panen
Tanaman mulai berbuah pada umur 3-4 tahun. Tanaman sukun dapat
berbuah sepanjang tahun. Musim panen terbesar biasanya pada bulan
Januari-Maret. Buah dapat dipanen setelah tua benar. Buah sukun dipanen
setelah tua benar. Tandanya, tonjolan kulit buah mulai merata dan buah
berwarna kekuningan kusam. Buah sukun yang dibungkus sejak petil
menunjukkan warna kekuningan bersih dan menarik. Buah dipotong pada
tangkainya dengan galah yang ujungnya diberi pisau. Getah yang keluar
dari tangkai buah dapat dihentikan dengan mencelupkan buah ke dalam air.
Buah tidak boleh jatuh ke tanah agar tidak memar. Bagian buah yang
memar menjadi pangkal serangan busuk buah yang berakibat buah terasa
pahit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar