Deskripsi       
Salak
 si nase merupakan salah satu salak dari Bangkalan yang enak rasanya. 
Jenis salak ini merupakan salak terbaik di Bangkalan. Buahnya berbentuk 
lonjong dengan bagian pangkal yang meruncing. Kulit buahnya bersisik 
besar dan berwarna kekuningan. Daging buahnya tebal, masir, dan rasanya 
manis. Bahkan, buah yang belum tua sekali pun sudah terasa manis. Selain
 manis, aroma salak ini juga harum merangsang selera. Biji buahnya 
kecil. Ukuran buahnya lebih kecil dibandingkan salak kerbau, berat 
rata-rata 67 g per buah. Produktivitasnya tak berbeda jauh dengan salak 
si manggis, per pohon rata-rata menghasilkan 30 buah. 
 |    
     Manfaat       
Buah
 salak dapat dimakan segar atau dibuat manisan dan asinan. Batangnya 
tidak dapat digunakan untuk bahan bangunan atau kayu bakar. Namun, 
tanaman salak baik untuk batas kebun sekaligus sebagai pengaman kebun. 
 |    
     Syarat Tumbuh       
Salak
 tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl dengan tipe 
iklim basah. Tipe tanah podsolik dan regosol atau latosol disenangi oleh
 tanaman salak. Lingkungan yang dikehendaki mempunyai pH 5-7, curah 
hujan 1500--3000 mm per tahun dengan musim kering antara 4-6 bulan. Pada
 kondisi lingkungan yang sesuai, tanaman mulai berbuah pada umur tiga 
tahun. Tanaman salak muda lebih senang hidup di tempat teduh atau di 
bawah naungan. Oleh karena itu, umumnya salak ditanam di bawah tanaman 
duku, durian, atau pohon jinjing atau sengon (Albezia sp.). 
 |    
     Pedoman Budidaya       
Perbanyakan
 tanaman: Salak umumnya ditanam dari biji yang diambil dari pohon salak 
yang bermutu baik. Namun, tanaman dari biji tidak selalu sama dengan 
sifat induknya (selalu berubah). Tanaman salak mulai berbuah setelah 
umur 3-4 tahun. Cara lain yang dikembangkan pada saat ini adalah melalui
 anakan atau biasa disebut "cangkokan". Bibit dibuat dengan 
membumbungkan (memasukkan) potongan bambu pada pangkal tunas anakan 
pohon salak unggul tersebut. Potongan botol plastik atau botol infusan 
juga dapat digunakan sebagai bumbungan. Media cangkok yang digunakan 
adalah campuran tanah dan kompos (perbandingan 2:1). Setelah tunas 
anakan berakar dalam bumbung, bibit vegetatif ini dapat disapih. Untuk 
mempercepat tumbuhnya akar, biasanya pada anakan diberi Rootone-F 
sebanyak 1%. Budi daya tanaman: Biji ditanam langsung dalam lubang, 
sebanyak 3-4 biji per lubang. Ukuran lubang dibuat 50 cm x 50 cm x 40 
cm, jarak antar lubang 2 m x 4 m atau 3 m x 4 m. Setiap lubang diberi 
pupuk kandang sebanyak 10-20 kg. Sebulan kemudian, biji mulai tumbuh. 
Seleksi atau pembuangan tanaman yang tidak dipilih dilakukan setelah 
mulai berbunga, yakni setelah berumur tiga tahun. Dalam setiap lubang 
ditinggalkan satu pohon yang berbunga betina atau campuran. Tanaman 
jantan disisakan 10% dari populasi yang ditanam sebagai sumber pejantan.
 Pupuk buatan diberikan tiga bulan sekali sebanyak 25-500 g NPK 
(15-15-15) dan terus meningkat sesuai umur tanaman. Pada umur 1-3 tahun 
sebanyak 25-300 g per pohon, lalu umur 3-10 tahun sebanyak 300--500 g 
per pohon. Pada penanaman dengan cangkok, tiap lubang hanya ditanam satu
 bibit saja. Tanaman dijaga agar tetap lembap, cukup air, dan mendapat 
naungan. Leguminose dan Gliricidia (gamal) dapat digunakan sebagai 
naungan. Pelepah daun paling bawah dikurangi agar matahari masuk merata 
dan memudahkan pekerja pemeliharaan melewati jalan di antara barlsan 
tanaman. 
 |    
     Pemeliharaan       
Pemeliharaan
 tanaman salak yang penting adalah menjaga kebersihan kebun dan membuang
 tunas anakan yang muncul. Umumnya, pembuangan tunas anakan dilakukan 
setelah dicangkok dan terus hidup. Jumlah daun yang disisakan maksimum 
sekitar 17 helai. Pelepah daun dipangkas dengan gergaji atau sabit 
tajam. Dengan cara ini, sinar matahari dapat masuk ke kebun salak dan 
pengambilan buah pun mudah dilakukan. Biasanya, bakal buah sebesar 
kelereng tumbuh rapat sekali pada tiap tandan. Bakal buah perlu dibuang 
(penjarangan) agar buah salak tumbuh besar dan merata. 
 |    
     Hama dan Penyakit       
Hama
 yang timbul pada tanaman salak adalah kutu wol (putih) atau Cerataphis 
sp. yang bersembunyi di sela-sela buah. Selain itu, kumbang (uret) atau 
omotemnus sp. sebagai penggerek tunas. Tupai dan tikus juga menjadi hama
 yang menjengkelkan. Hama ini dapat diatasi dengan Furadan 3 G dan 
semprotan insektisida Tamaron 0,3%. Penyakit yang sering tampak adalah 
noda hitam pada daun akibat cendawan Pestalotia sp. dan penyalat busuk 
merah (pink) pada buah dan batang oleh cendawan Corticium salmonicolor. 
Tanaman sakit dan daun yang terserang harus dipotong dan dibakar di 
tempat tertentu karena sulit dikendalikan. 
 |    
     Panen dan Pasca Panen       
Buah
 salak dapat dipanen setelah matang benar di pohon, biasanya berumur 
enam bulan setelah bunga mekar (anthesis). Hal ini ditandai oleh sisik 
yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua, dan
 bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah (bagian buah yang 
meruncing) terasa lunak bila ditekan. Pemanenan buah dengan cara 
memotong tangkai tandannya. Hasil tanaman salak di Bali dapat mencapai 
15 ton/hektar. Panen besar antara bulan Oktober-Januari. 
 | 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar