Selama
ini orang hanya mengenalnya berupa jelly hitam seperti agar-agar yang
banyak dimanfaatkan sebagai bahan es campur/ minuman penyegar. Namun
tidak banyak orang yang tahu bahwa tanaman cingcau hitam ini juga banyak
dibutuhkan industri jamu untuk obat-obatan dan mempunyai peluang bisnis
yang bagus. Usaha tanaman cingcau hitam yang dilakukan selama ini belum
dilakukan secara intensif padahal pembudidayaannya sangat mudah dan
menguntungkan.
Cingcau
hitam (Mesona palustris) termasuk dalam famili Labiateae. Bagian
tanaman yang dimanfaatkan adalah daun dan batang. Adapun manfaat dari
Cingcau hitam ini adalah untuk obat disentri, radang usus, nyeri perut,
panas dalam, sariawan, suara parau, makanan/minuman penyejuk dan
penyegar dalam campuran es.
Tanaman cingcau hitam yang sudah dikenal para petani saat ini ada 3
macam yaitu : Madiun, Siam, dan Bangkok. Masing-masing varietas memiliki
karakteristik sendiri dimana Varietas Madiun mempunyai ciri daun hijau
dan kecil, sedangkan Varietas Siam mempunyai karateristik daun lebar
dengan penampakkan warna daun sedikit menguning. Dan yang terakhir yaitu
varietas Bangkok memiliki ciri : daun lebar dan berwarna hijau. Baik
varietas Madiun maupun Siam keduanya mempunyai tipe pertumbuhan menjalar
sedang varietas Bangkok batangnya berdiri tegak. Diantara varietas yang
ada, varietas Siam merupakan varietas yang paling baik karena mempunyai
mutu batang dan daun yang paling tinggi dibandingkan varietas lain.
Potensi
Pengembangan usaha agribisnis Cingcau hitam memberikan peluang dan
memiliki potensi pasar yang sangat baik, terutama dengan tersedianya
pasar yang menjanjikan dari produk daun dan batang kering. Saat ini
peluang pasar ekspor ke luar negeri untuk tanaman cingcau hitam meliputi
negara-negara Asia dan Eropa. Selain itu, peluang pasar dalam negeri
masih terbuka karena tanaman ini masih dibutuhkan oleh pasar dalam
negeri khususnya untuk industri jamu. Sebagai gambaran tahun 1993
tanaman cingcau hitam ini dibutuhkan dan digunakan di 28 pabrik jamu
yang tersebar di 8 propinsi. Angka ini akan semakin meningkat seiring
dengan perkembangan industri jamu di Indonesia. Serapan pasar dalam
negeri per tahun dapat mencapai 58,58 ton – 268,53 ton berupa simplisia
yaitu sebagai makanan, minuman penyejuk dan penyegar. Produk olahan
hasil tanaman cingcau yang umum digunakan di pasar dalam negeri adalah
berupa bahan jadi, yaitu berupa jelly yang siap dicampur dalam minuman.
Produktivitas dari hasil pemangkasan batang segar dan daun tanaman
cingcau per hektar bisa mencapai 5 – 6 ton. Itupun dengan melakukan
tumpangsari dengan tanaman lain, sedangkan biomas kering dapat
mencapai1,75 – 2,00 ton per hektar. Dengan tingkat harga sekitar Rp.
2.800 – Rp. 4.000,- /Kg di tingkat petani, petani dapat memperoleh
keuntungan bersih maksimal sebesar Rp. 9.500.000,- setelah dikurangi
biaya-biaya lain. Kelebihan dari menanam cingcau hitam ini adalah
penanaman hanya dilakukan satu kali saja, sehingga kita bisa memanen
daun dan batang selama satu tahun 5 – 6 kali dengan rata-rata panen 1-2
bulan sekali.
Tehnik Budidaya
Pembudidayaan tanaman cingcau hitam relatif mudah dilaksanakan, mulai
dari pemilihan lahan yang diperlukan, proses pengadaan bibit, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan dan proses pengolahan batang dan daun.
Penyiapan Lahan
Tanaman cingcau hitam menghendaki lokasi penanaman yang suhunya
berkisar 20 – 30°C,dengan curah hujan minimal 3000 mm/tahun. Tanaman ini
sebaiknya ditanam pada ketinggian diatas 100 m dpl, namun akan
memberikan hasil optimal bila ditanam pada ketinggian 200 – 800 meter
dpl. Kondisi tanah yang harus dipenuhi agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik adalah tanah yang gembur seperti lempung berpasir dengan
kemiringan tanah 20-30%. Di tanah yang kurang subur tanaman cingcau
masih dapat tumbuh namun tidak maksimal.
Tanah yang akan dijadikan areal penanaman diolah dengan cara dicangkul
untuk kemudian dibuat guludan-guludan berupa petak-petak dengan lebar
0,5 meter dan panjangnya disesuaikan kondisi lapangan. Setelah
pembuatan guludan, areal tersebut dibiarkan selama 2-3 minggu untuk
penguapan udara tanah. Pada saat pengolahan tanah, areal yang akan
ditanami dibersihkan dari rumput-rumput, alang-alang dan semak belukar.
Pembersihan lahan ini dapat juga dilakukan dengan cara pembakaran dan
kemudian abunya digunakan sebagai pupuk alami bagi tanaman cingcau.
Persemaian
Tanaman cingcau dapat ditanam secara vegetatif maupun generatif. Meskipun cingcau hitam dihasilkan dari biji, tetapi cara perbanyakan dengan melalui stek telah umum dan mudah dilakukan. Stek diambil dari batang yang sedang ketuaannya, kemudian dipotong sepanjang ±10 – 15 cm dengan 2 – 3 mata ruas. Bila yang diperlukan hanya sedikit, mata setek tersebut dapat disemaikan terlebih dahulu dengan pasir setebal 10-20 cm, tetapi bila bibit yang diperlukan banyak, dalam persemaian dibuat bedengan dengan memakai atap penutup persemaian dari daun kelapa.
Tanaman cingcau dapat ditanam secara vegetatif maupun generatif. Meskipun cingcau hitam dihasilkan dari biji, tetapi cara perbanyakan dengan melalui stek telah umum dan mudah dilakukan. Stek diambil dari batang yang sedang ketuaannya, kemudian dipotong sepanjang ±10 – 15 cm dengan 2 – 3 mata ruas. Bila yang diperlukan hanya sedikit, mata setek tersebut dapat disemaikan terlebih dahulu dengan pasir setebal 10-20 cm, tetapi bila bibit yang diperlukan banyak, dalam persemaian dibuat bedengan dengan memakai atap penutup persemaian dari daun kelapa.
Dalam pembuatan persemaian tanah yang akan digunakan persemaian
dicangkul sebaik-baiknya, kemudian dihaluskan dan diberikan pupuk
kompos. Dengan demikian tanah akan menjadi gembur dan memudahkan saat
stek-setek tersebut dipindahkan ke areal penanaman. Setelah areal
persemaian siap, barulah dilakukan penanaman setek dengan posisi miring
sedalam 5 cm. Jarak tanam yang digunakan untuk persemaian adalah 5 x 10
cm. Persemaian perlu disiram setiap hari yaitu pagi sore dan
diusahakan agar penyiraman tidak terlalu basah sehingga menyebabkan
bibit menjadi busuk. Setek akan mulai bertunas dan berakar pada umur 10
hari setelah tanam. Dua minggu kemudian, bibit sudah cukup tua dan siap
dipindahkan ke kebun. Untuk membiasakan tanaman hidup di lahan
pemeliharaan, sedikit demi sedikit atap persemaian diperjarang sehingga
akhirnya terbuka sama sekali.
Pemeliharaan
Sekali-kali tanah perlu digemburkan dengan cara digarpu atau
dicangkul. Sedang pemupukan paling sedikit dilakukan setahun sekali
pada awal musim penghujan dengan menggunakan pupuk Nitrogen atau pupuk
Organik (pupuk kandang). Untuk tanah yang kurang mengandung humus,
diantara tanaman cingcau hitam sebaiknya ditanam pupuk hijau.
Pemangkasan terhadap cabang dan daun dilakukan setelah tanaman cukup
tingginya. Untuk menjamin mutu daun dan batang, dilakukan pengurangan
sedikit demi sedikit atau pemotongan terhadap bunga-bunga yang muncul.
Panen
Batang dan daun tanaman cingcau sudah mulai bisa dipetik pada saat
tanaman berumur 8 – 12 minggu. Cara pemetikan mirip dengan cara
pemetikan yang dilakukan pada tanaman teh. Yang dipetik adalah 6 atau 8
helai daun yang paling atas, dipetik bersamaan dengan batangnya. Daun
yang tua menghasilkan produk yang kualitasnya kurang baik.
Cara Pengolahan
Untuk memperoleh hasil yang lebih baik serta kualitas daun dan batang
yang lebih merata maka dapat dilakukan langkah-langkah berikut :
daun-daun dikeringkan di tempat atap bangsal yang baik pertukaran
udaranya. Kemudian daun itu dikeringkan dengan alat pengering dengan
cara meletakkannya diatas para-para yang bisa ditutupi. Udara yang
dipanaskan hingga 45-50°C ditiupkan melalui daun tersebut. Pada waktu
permulaan udara dialirkan, cukup sedikit saja. Penambahan aliran udara
dilakukan setelah daun-daun tersebut benar-benar layu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar