I. Pendahuluan
Masyarakat pada umumnya, sudah sejak lama mengenal pohon aren sebagai
pohon yanh dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan.
Hamper semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan
memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi, tanaman ini kurang mendapat
perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh
oleh berbagai pihak.
Selama ini pemenuhan akan permintaan bahan baku industri yang berasal
dari bagian-bagian pohon aren, masih dilayani dengan mengendalikan
tanaman aren yang tumbuh liar (tidak ditanam orang). Bagian-bagian fisik
pohon aren yang dimanfaatkan, misalnya akar ( untuk obat tradisional),
batang (untuk berbagai peralatan), Ijuk (untuk kerpeluan bangunan), daun
(kususnya daun muda untuk pembungkus dan merokok). Demikian pula hasil
produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan dan minuman.
Permintaan produk-produk yang dihasilkan dari tanaman ini akan selalu
meningkat sejalan dengan perkembangan pembangunan yang ada. Oleh karena
itu penanaman atau pembudidayaan tanaman aren mempunyai harapan atau
prospek yang baik dimasa datang.
Saat ini telah tercatat ada empat jenis pohon yang termasuk kelompok
aren yaitu : Arenge pinata (Wurmb) Merr, Arenge undulatitolia Bree,
Arenge westerhoutii Grift dan Arenge ambcang Becc. Diantaranya keempat
jenis tersebut yang sudah dikenal manfaatnya adalah arenge piñata, yang
dikenal sehari-hari dengan nama aren atau enau.
Usaha pengembangan atau pembudidayaan tanaman aren di Indonesia
sangat memungkinkan. Disamping masih luasnya lahan-lahan tidak
produktif, juga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas
produk-produk yang berasal dari tanaman aren, sekaligus meningkatkan
pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut
melestarikan sumber daya alam serta lingkungan hidup.
II Mengenal Aren
A. Bentuk Pohon, Bunga dan Buah
Aren termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). BAtangnya tidak
berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter
pohon dapat mencapai 65 cm.
Tanaman ini hamper mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya,, jika
pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas),
maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh
ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari
batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh
banyak tanaman jenis paku-pakuan.
Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun
panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun
ada lapisan lilin.
B. Penyebaran dan Syarat Tumbuh
Wilayah penyebaran aren terletak antara garis lintang 20º LU – 11ºLS
yaitu meliputi : India, Srilangka, Banglades, Burma, Thailand, Laos,
Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hawai, Philipina, Guam dan berbagai pulau
disekitar pasifik. (Burkil, 1935); Miller, 1964; Pratiwi (1989).
Di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar hamper
diseluruh wilayah Nusantara, khususnya di daerah perbukitan dan lembah.
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus
(Hatta-Sunanto, 1982) sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat,
berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar
asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh pada
ketinggian 9 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Namun yang paling
baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 800 meter di atas permukaan
laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun atau pada iklim
sedang dan basah menurut Schmidt dan Ferguson.
C. Nama-nama Daerah
Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak nama daerah seperti :
bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat
(Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau
(dayak,Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon,
Maluku).
D. Kegunaan Pohon Aren.
Pohon aren dapat dimanfaatkan, baik berfungsi sebagai konservasi,
maupun fungsi produksi yang menghasilkan berbagai komoditi yang
mempunyai nilai ekonomi.
a. Fungsi Konservasi
Pohon aren dengan perakaran yang dangkal dan melebar akan sangat
bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan
daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan
sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung
kepermukaan tanah. Disamping itu pohon aren yang dapat tumbuh baik pada
tebing-tebing, akan sangat baik sebagai pohon p[encegah erosi longsor.
b. Fungsi Produksi
Fungsi produksi dari pohon aren dapat diperoleh miulai dari akar,
batang, daun, bunga dan buah. Di Jawa akar aren digunakan untuk berbagai
Obat Tradisional (Heyne, 1927; Dongen, 1913 dalam Burkil 1935). Akar
segar dapat menghasilkan arak yang dapat digunakan sebagai obat
sembelit, obat disentri dan obat penyakit paru-paru.
Batang yang keras digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah
tangga dan ada pula yang digunakan sebagai bahan bangunan. Batang
bagian dalam dapat menghasilkan sagu sebagai sumber karbohidrat yang
dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, soun, mie dan campuran
pembuatan lem (Miller, 1964). Sedangkan ujung batang yang masih muda
(umbut) yang rasanya manis dapat digunakan sebagai sayur mayor (Burkil,
1935).
Daun muda, tulang daun dan pelapah daunnya, juga dapat dimanfaatkan
untuk pembungkus rokok, sapu lidi dan tutup botol sebagai pengganti
gabus. Tangkai bunga bila dipotong akan menghasilkan cairan berupa nira
yang mengandung zat gula dan dapat diolah menjadi gula aren atau tuak
(Steenis
et.al., 1975). Buahnya
dapat diolah menjadi bahan makanan seperti kolang-kaling yang banyak
digunakan untuk campuran es. Kolak atau dapat juga dibuat manisan
kolang-kaling.
III. Penanaman Aren
A. Pengumpulan dan Pemilihan Biji.
Tanaman aren dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji). Dengan
cara ini akan diperoleh bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga
dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara
besar-besaran.
Langkah yang perlu dilakukan dalam pengumpulan dan pemilihan biji adalah sebagai berikut :
- Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan.
-
- Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat, berdaun lebat.
- Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging buah lunak).
- Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm)
- Kulit buah halus (tidak diserang penyaklit).
- Keluarkan biji aren buah yang telah dikumpulkan dengan membelahnya.
- Memilih biji-bijian aren yang memenuhi syarat :
- Ukuran biji relative besar
- Berwarna hitam kecoklat0coklatan
- Permukaan halus (tidak keriput)
- Biji dalam keadaan sehat/tidak berpenyakit.
- Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah
aren terkandung asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan
menimbulkan rasa sangat gatal. Oleh Karen itu perlu perlu dilakukan
pencegahan antara lain dengan cara :
- Memakai sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji dari buahnya.
- Hindari agar tangan kita tidak menyentuh bagian tubuh lain, ketika mengeluarkan biji-biji aren tersebut dari buahnya.
- Cara lain untuk mencegah agar tidak terkena getah aren ketika kita
sedanga mengeluarkan bijinya dari buah yaitu dengan memeram terlebih
dahulu buah-buah aren yang sudah tua sampai membusuk. Pemeraman dapat
dilakukan dengan memasukan buah aren de dalam kotak kayu dan ditutup
dengan karung goni yang selalu dibasahi. Setelah ± 10 hari, buah aren
menjadi busuk yang akan memudahkan pengambilan biji-bijian.
B. Pembibitan
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari permudaan alam dan bibit dari hasil persemaian biji.
a. Pengadaan bibit dari permudaan alam/anakan liar.
Proses pembibitan secara alami dibantu oleh binatang yaitu musang.
Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya dan bijinya
keluar secara utuh dari perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar
secara tidak teratur dan berkelompok. Untuk menanamnya dilapangan,
dapat dilakukan dengan mencabut secara putaran (bibit diambil
bersama-sama dengan tanahnya).
Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam di lapangan atau
melalui proses penyapihan dengan memasukan anakan dke dalam kantong
plastic (polybag) selama 2-4 minggu.
b. Pengadaan bibit melalui persemaian
Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan persemaian.
Proses penyemaian biji aren berlangsung agak lama. Untuk
mempercepatnya dapat dilakukan upaya perlakuan biji sebelum disemai
yaitu :
- Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit.
- Meredam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.
- Mengikir biji pada bagian dekat embrio.
Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25
cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi
secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang
telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastic tersebut
sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga
menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15 bulan.
Pemeliharaan bibit di persemaian dilakukan dengan cara :
- Penyiraman 2 kali sehari, pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00
- Penyiangan persemaian yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu.
- Pemberantasan hama dan penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
C. Penanaman
Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim monokultur atau
dengan sistim agroforestri/tumpangsari. Dengan sistim monokultur
terlebih dahulu dilakukan pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada
(land clearing) dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan
serta pembuatan lubang tanaman.
Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak
antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m. untuk mempercepat
pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan
pupuk kandang, urea, TSP, sekitar 3 – 5 hari setelah lubang tanaman
disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya
diberi naungan atau peneduh.
Sistim agroforestri/tumpangsari, ini dapat dilakukan dengan menamai
bagian lahan yang terbuka yaitu diantara kedua tanaman pokok dengan
tanaman penutup tanah seperti leguminose atau tanaman palawija
D. Pemeliharaan Tanaman
Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman aren meliputi :
a. Pengendalian Hama Penyakit
Hama dan penyakit pohon aren belum terlalu banyak di ketahui. Namun
sebagai langkah pencegahan dapat didekat dengan mengetahui hama dan
penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain seperti kelapa,
kelapa sawit dan sagu.
Hama pada tanaman jenis Palmae antara lain berupa kumbang badak
(Oryctes thinoceros), kumbang sagu (Rhinochophorus ferrugineus(,
belalang (Sexava spp). Hama lain untuk pohon aren ini adalah pengisap
nira dan bunga seperti lebah, kelelawar dan musang. Pengendalian hama
dapat dilakukan dengan cara :
- Mekanis, yaitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama ditebang dan dibakar.
- Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu seperti Heptachlor 10 gram, Diazonin 10 gram dan BHC.
Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren di persemaian adalah
bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp.,
Helmiathosporus sp. penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan
fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX 200.
b. Penanggulangan tanaman pengganggu (gulma)
Tanaman pengganggu (gulma) pada tanaman aren sangat mengganggu
pertumbuhannya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus dilakukan.
Gulma pada tanaman/pohon aren umumnya terdapat di dua tempat yaitu
pada bagian batang (seperti benalu dan kadaka) dan pada tanah di sekitar
pangkal teratur yaitu 4 kali setahun sampai tanamanberumur 3-4 tahun.
Teknis pemberantasannya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan
menghilangkan tanaman pengganggu tersebut dari pohon aren.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan agar
lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada tanaman berumur 1 -3 tahun dengan
memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk kandang dan KCL yang
ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah digemburkan
tanahnya.
IV. Pemungutan Hasil
A. Jenis Hasil
Seperti telah diuraikan di muka, hamper semua bagian dari pohon aren
dapat dimanfaatkan atau menghasilkan produk yang mempunyai nilai
ekonomi.
Jenis produk yang dihasilkan dari pohon aren yaitu sebagai berikut :
- Ijuk sebagai bahan baku pembuatan peralatan keperluan rumah tangga.
- Nira sebagai bahan baku gula merah, tuak, dan cuka.
- Kolang-kaling yang dihasilkan dari buah pohon aren.
- Tepung aren sebagai bahan baku pembuatan sabun, mie, dawet (cendol).
- Batang pohon sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga.
B. Pemungutan Hasil
Ijuk
Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun
sampai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang masih muda
produksi ijuknya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga
kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.
Pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal
pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan
anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk
itumenempel.
Lempenganlempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren,
masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari
serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat
ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan
sisir kawat. Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk
membuat tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk dll.
Nira
Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik
bunga jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga
jantan yang dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang
banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada
tandan bunga jantan.
Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan persiapan penyadapan yaitu :
- Memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang
tepung sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat
jika disebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kuning
tertutup oleh tepungsari yang jatuh.
- Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayun-ayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.
Pemukulan dan pengayunan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu
dengan selang dua hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang
lebih 250 kali.
Untuk mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah dipukul-pukul dan
diayun-ayun tersebut sudah atau belum menghasilkan nira, dilakukan
dengan cara menorah (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila
torehan tersebut mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap.
Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada
bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasang bumbung
bamboo sebagai penampung nira yang keluar.
Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore.
Pada setiap penggantian bumbung bamboo dilakukan pembaharuan irisan
potongan dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga
nira dapat keluar dengan lancer.
Setiap tongkol (tandan) bunga jantan dapat dilakukan penyadapan
selama 3 – 4 bulan sampai tandan mongering. Hasil dari air aren dapat
diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman segar.
Tepung aren
Tepung aren dapat dihasilkan dengan memanfaatkan batang pohon aren dengan proses sebagai berikut :
- Memiliki batang pohon aren yang banyak mengandung pati/tepungnya dengan cara :
- Umur pohon relative muda (15 – 25 tahun)
- Menancapkan kampak atau pahat ke dalam batang sedalam 10 – 12 cm pada dari ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah.
- Periksa ujung kampak atau pahat tersebut apakah terdapat tepung/pati yang menempel.
- Apabila terdapat tepung/pati, tebang pohon aren tersebut.
- Potong batang pohon yang sudah ditebang menjadi beberapa bagian sepanjang 1,5 – 2,0 m.
- Belah dan pisahkan kulit luar dari batang dengan empelurnya.
- Empelur diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air bersih (diekstraksi).
- Hasil ekstraksi diendapkan semalaman (±12 jam) dilakukan pemisahan
air dengan endapannya. Lakukan pencucian kembali dengan air bersih dan
diendapkan lagi, sampai menghasilkan endapan yang bersih
- Hasil endapan dijemur sampai kering.
Tepung aren dapat dipergunakan sebagai bahan baku seperti mie, soun, cendol, dan campuran bahan perekat kayu lapis.
Kolang Kaling
Kolang kaling dapat diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah
masak. Tiap buah aren mengandung tiga biji buah. Buah aren yang setengah
masak, kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji
(endosperm) berwarna putih agak bening dan lembek, endosperm inilah yang
diolah menjadi kolang-kaling.
Adapun cara untuk membuat kolang-kaling :
- Membakar buah aren dengan tujuan agar kulit luar dari biji dan
lender yang menyebabkan rasa gatal pada kulit dapat dihilangkan.
Biji-biji yang hangus, dibersihkan dengan air sampai dihasilkan inti
biji yang bersih.
- Merebus buah aren dalam belanga/kuali sampai mendidih selam 1-2 jam.
Dengan merebus buah aren ini, kulit biji menjadi lembek dan memudahkan
untuk melepas/memisahkan dengan inti biji. Inti biji ini dicuci
berulang-ulang sehingga menghasilkan kolang-kaling yang bersih.
Untuk menghasilkan kolang-kaling yang baik )bersih dan kenyal) inti
biji yang sudah dicuci diendapkan dalam air kapur selama 2 – 3 hari.
Setelah direndam dlam air kapur, maka kolang-kaling yang terapung inilah
yang siao untuk dipasarkan.
Sumber: http://disbun.jabarprov.go.id/data/arsip/Budidaya%20Tan.%20Aren.doc.
Budidaya Aren – Jual Benih Aren
Prospek emas si pohon Aren sebenarnya sudah diperkenalkan oleh
Kanjeng Sunan Bonang, seorang waliyulloh penyebar Agama Islam di Pulau
Jawa. Konon beliau waktu itu dirampok/ dibegal oleh berandal Lokajaya
yang menginginkan harta dari Kanjeng Sunan Bonang.
Singkatnya menurut alkisah, beliau menunjuk pada pohon Aren dan
mengatakan bahwa kalau ingin harta banyak lihatlah pohon Aren itu. Maka
berandal Lokajaya itu melihat emas di pohon Aren tersebut. Buahnya
laksana emas yang bergelantungan.
Emas adalah lambang kemakmuran dan kesejahteraan, bahkan lambang
kemewahan. Ternyata baru awal tahun 2000-an ini para ahli bangsa
Indonesia baru menyadari isyarat tersembunyi atau rahasia emas si pohon
Aren. Kanjeng Sunan memang tidak menjelaskan secara jelas, namun kiranya
Tuhan Yang Maha Latif mengajarkannya melalui ilmunya seorang Wali yaitu
Kanjeng Sunan Bonang kepada berandal Loka Jaya.
Ternyata emas itu berasal dari Nira Aren yang keluar dari hasil
sadapan tangkai bunga, baik dari tangkai bunga betina maupun tangkai
bunga jantan. Pohon yang sudah maksimal pertumbuhan vegetatifnya
(sekitar umur 6 tahun kalau tumbuh liar atau alami) akan mengeluarkan
bunga betina sampai dengan 6, 8 atau 12 tandan bunga betina. Ada juga
pohon Aren yang tidak pernah mengeluarkan tandan bunga betina, namun
langsung dari awal masa generatifnya hanya tandan bunga jantan saja
sampai akhir.
Tandan bunga pertama muncul dari bagian paling atas pohon kemudian
tandan berikutnya muncul dari ketiak pelepah daun yang berada di
bawahnya. Tandan bunga selanjutnya muncul terus menerus bergantian dari
atas menuju ke bawah sampai pada bekas ketiak pelepah daun terbawah.
Dari seorang petani Aren yaitu Bapak Sarman di Mambunut Kabupaten
Nunukan, Kalimantan Timur, diketahui bahwa ternyata tandan bunga betina
yang biasanya mengeluarkan buah kolang-kaling, bisa disadap air niranya.
Bahkan hasil nira dari tandan bunga betina ini hasil sadapannya
mencapai 40 liter Nira setiap hari per pohon. Setiap hari dilakukan dua
kali sadap, yaitu pagi sekitar jam 7.00 dan sore sekitar jam 17.00.
Hasil sadapan pagi biasanya lebih banyak dari pada yang sore hari.
Keluarnya nira yang paling deras terjadi pada waktu sekitar jam 03.00
s/d jam 04.00 dini hari. Dia mengilustrasikannya, bahwa seperti manusia
kalau dia kedinginan keringatnya kurang tapi kencingnya yang banyak.
Kalau seandainya pohon Aren ini dikebunkan seperti sang pendatang
dari Brazil, yaitu Kelapa Sawit, dengan bibit yang unggul, pemeliharaan
yang intensif, pemupukan yang cukup, pengelolaan menejemen kebun yang
memadai. Tentu hasilnya akan lebih baik dari pada yang sekarang ini
dihasilkan dari pohon yang alami bahkan yang tumbuh liar dengan jarak
yang tidak beraturan.
Dengan memakai asumsi produksi yang alami saja misalkan 10 liter
nira/hari/pohon; jika 100 pohon yang disadap setiap harinya (dari
populasi 250 pohon setiap hektar), maka akan diperoleh nira 1.000
liter/hari/ha. Rendemen gula merah dari nira sekitar 20-26,5 %, artinya
dari 1.000 liter maka akan diperoleh sekitar 200-265 kg gula merah
setiap hari. Kalau harga di tingkat petani Rp 5.000/kg, maka setiap hari
pendapatan kotor petani aren dengan areal 1 hektar akan memperoleh
sekitar Rp 1.000.000/hari/ha sampai dengan Rp 1.325.000/hari/ha.
Tentu pendapatan itu masih dikurangi dengan biaya tenaga sadap
sebanyak 3-5 orang, tenaga pengolah gula 1-2 orang. Berarti setiap
hektarnya kebun sudah menyerap tenaga kerja antara 4-7 orang, memberi
pendapatan kepada petani pemilik yang demikian besar.
Bukankah ini yang dimaksud dengan kemakmuran, yaitu petani dengan
pendapatan tinggi, tidak ada lagi pengangguran, roda ekonomi di pedesaan
akan berjalan lagi ……. yaaaa… prospek emas dari pohon Aren itu akan
menjadi kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk negeri, seperti
isyarat sang Waliulloh Kanjeng Sunan Bonang. [Sumber]