Tampilkan postingan dengan label informasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label informasi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Februari 2016

HAMA dan PENYAKIT TANAMAN NANAS

HAMA dan PENYAKIT TANAMAN NANASBudidaya Petani. Berikut adalah Hama Penyakit Yang Menyerang Tanaman Nanas.
  1. Penggerak buah (Thecla basilides Geyer)
    • Ciri: kupu-kupu berwarna coklat & kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada permukaan buah, kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagian tubuh atas cembung, bagian bawah datar & tubuh tertutup bulu-bulu halus pendek.
    • Gejala: menyerang buah dengan cara menggerek/melubangi daging buah; buah nanas yg diserang hama ini berlubang & mengeluarkan getah, kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau bakteri.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta membuang bagian tanaman yg terserang hama;
      2. kimiawi dengan menyemprot insektisida yg mangkus & sangkil, seperti Basudin 60 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yg dianjurkan.
  2. Kumbang (Carpophilus hemipterus L.)
    • Ciri: berupa kumbang kecil, berwarma coklat/hitam; larva berwarna putih kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing berkaki 6.
    • Gejala: menyerang tanaman nanas yg gluka sehingga bergetah & busuk oleh mikroorganisme lain (cendawan & bakteri).
    • Pengendalian: dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun & pemberian insektisida.
  3. Lalat buah (Atherigona sp.)
    • Ciri: Lalat berukuran kecil, meletakkan telur pada bekas luka bagian buah, kemudian menjadi larva berwarna putih.
    • Gejala: merusak/ memakan daging buah hingga menyebabkan busuk lunak.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun, membuang buah yg terserang lalat buah;
      2. kimiawi dengan cara disemprot insektisida yg mangkus & sangkil, seperti Thiodan 35 EC atau Basudin EC pada konsentrasi yg dianjurkan.
  4. Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima)
    • Ciri: Tubuh thrips berukuran sangat kecil panjang sekitar 1,5 mm, berwarna coklat, & bermata besar.
    • Gejala: menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel daun sehingga menimbulkan bintik-bintik berwarna perak; pada tingkat serangan yg berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat.
    • Pengendalian:
      1. secara non kimiawi dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun & mengurangi ragam tanaman inang;
      2. (2) secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC atau Dicarol 25 SP pada konsentrasi yg dianjurkan.
  5. Sisik (Diaspis bromeliae Kerne)
    • Ciri: Serangga berukuran kecil diameter ± 2,5 mm, bulat & datar, berwarna putih kekuningan/keabu-abuan, bergerombol menutupi buah & daun, sehingga menyebabkan ukuran buah kecil & pertumbuhan tanaman terhambat.
    • Pengendalian: dapat disemprot dengan insektisida Decis 2,5 EC atau Curacron 500 EC pada konsentrasi yg dianjurkan.
  6. Ulat buah (Tmolus echinon L)
    • Ciri: Serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat serta larva/ulat tertutup rambut halus & kepalanya kecil.
    • Gejala: menyerang buah nanas dengan cara menggerek & membuat lubang yg menyebabkan buah berlubang, bergetah & sebagian buah memotong bagian tanaman yg terserang berat.
    • Pengendalian dilakukan dengan mengumpulkan/membunuh ulat secara mekanis, serta disemprot insektisida: Buldok 25 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yg dianjurkan
  7. Hama lain: rayap, tikus, nematoda, bintil akar & kutu tepung jeruk juga kadang-kadang menyerang tanaman nanas.
  1. Busuk hati & busuk akar
    • Penyebab: cendawan Phytophthora parasitica Waterh & P. cinnamomi Rands. Penyakit busuk hati disebut hearth rot, sedangkan busuk akar dinamakan root rot. Penyebaran penyakit dibantu bermacam-macam tanaman inang, air yg mengalir, alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yg mengandung bahan organik & kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C.
    • Gejala: pada daun terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning & ujungnya.nekrotis; daun-daun muda mudah dicabut bagian pangkalnya membusuk dengan bau busuk berwarna coklat, & akhirnya tanaman mati; pembusukan pada sistem perakaran.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dilakukan dengan cara perbaikan drainase tanah, mengurangi kelembapan sekitar kebun, & memotong/mencabut tanaman yg sakit;
      2. kimiawi dengan pencelupan bibit dlm larutan fungisida sebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate.
  2. Busuk pangkal
    • Penyebab: cendawan Thielaviopsis paradoxa (de Seyn) Hohn atau Ceratocystis paradoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut base rot. Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis pada tanaman, angin, hujan & tanah.
    • Gejala: pada bagian pangkal batang, daun, buah & bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau
      bercak-bercak putih kekuning-kuningan.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, & menghindari luka-luka mekanis;
      2. kimiawi dengan perendaman bibit dlm larutan fungisida Benlate.
  3. Penyakit Lain
    • Penyakit adalah busuk bercak gabus pada buah disebabkan oleh cendawan Pinicillium funiculosum Thom, busuk bibit oleh cendawan Pythium sp., layu & bercak kuning oleh virus yg belum diketahui secara pasti jenisnya.
    • Pengendalian: harus dilakukan secara terpadu, meliputi penggunaan bibit yg sehat, perbaikan kultur teknik budidaya secara intensif, pemotongan /pencabutan & pemusnahan tanaman yg sakit.
          4. Gulma  Penurunan produksi nanas dapat disebabkan oleh banyak & dominannya gulma karena pemberian mulsa yg kurang baik sehingga pertumbuhan rumput subur.

HAMA dan PENYAKIT PEPAYA

HAMA dan PENYAKIT PEPAYABudidaya Petani.
Hama Pepaya
Kutu tanaman (Aphid).
  • Ciri: badan halus panjang 2-3 mm berwarna hijau, kuning atau hitam. Memiliki sepasang tonjolan tabung pada bagian belakang perut, bersungut & kaki panjang. Kutu dewasa, ada yg bersayap & tidak. Merusak tanaman dengan cara menghisap cairan dengan pencucuk penghisap yg panjang di bagian mulut.
  • Pemberantasan: tungau tungau daun diberantas dengan penyemprotan tepung derris atau tepung belerang.
Penyakit yg sering merugikan tanaman pepaya adalah penyakit yg disebabkan oleh jamur, virus mosaik, roboh semai, busuk buah,leher akar, pangkal batangdan nematoda. Penyaklit mati bujang diisebabkan oleh jamur Phytphthora parasitica, P. palmivora & Pythium aphanidermatum. Menyerang buah & batang pepaya.
Cara pencegahan: perawatan kebun yg baik, menjaga kebersihan, & drainase sedangkan penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Meloidogyne incognita. Nematoda. Apabila lahan telah ditanami pepaya, disarankan agar tidak menanam pepaya kembali, untuk mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yg terinfeksi oleh nematoda menyebabkan daun menguning, layu & mati.

HAMA dan PENYAKIT RAMBUTAN

HAMA dan PENYAKIT RAMBUTANBudidaya Petani. Ada beberapa HAMA dan PENYAKIT RAMBUTAN yang biasa menyerang dalam budidaya tanaman rambutan.
 
Hama pada Daun Rambutan
 
Hama tanaman rambutan berupa serangga seperti semut, kutu, kepik, kalong & bajing serta hama lainya seperti, keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. misal: ulat penggerek buah (Dichocricic punetiferalis) warna kecoklat-coklatan dengan ciri-ciri buah menjadi kering & berwarna hitam, Ulat penggerek batang (Indrabela sp) membuat kulit kayu & mampu membuat lobang sepanjang 30 cm, Ulat pemakan daun (Ploneta diducta/ulat keket) memakan daun-daun terutama pada musim kemarau. Ulat Jengkal (Berta chrysolineate) pemakan daun muda sehingga penggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning.
 
 
Penyakit tanaman rambutan disebabkan organisme semacam ganggang (Cjhephaleusos sp) yg diserang umumnya daun tua & muncul pada musim hujan dengan ciri-ciri adanya bercak-bercak kecil dibagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yg merupakan kumpulan sporanya. Ganggang Chaphaleuros kesimbiose dengan lumut kerek (lichen) & dapat dijumpai pada daun & batang rambutan, yg nampak seperti panu sehingga ranting yg diserang dapat mati; Penyakit akar putih disebabkan oleh cendawan (jamur) Rigidoporus Lignosus dengan tanda rizom berwarna putih yg menempel pada akar & apabila akar yg kena dikupas akan nampak warna kecoklatan.
 
Gulma
 
Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman rambutan yg berbentuk rerumputan yg berada disekitar tanaman rambutan yg akan mengganggu pertumbuhan perkembangan bibit rambutan oleh sebab itu perlu dilakukan penyiangan secara rutin.

Hama dan Penyakit Tanaman Nangka

Ulat diaphania caesalis yaitu penggerek pucuk, membuat terowongan sampai ke kuncup, pucuk muda, & buah. Pemotongan bagian yg terserang memutuskan daun hidupnya karena ulat-ulat ini akan menjadi pupa di dlm terowongan itu; buah dilindungi dengan dibungkus atau disemprot insektisida Thiodan 35 EC.

Penggerak kulit batang; berupa ulat-ulat Indarbela tetraonis & Batocera rufomaculata diberantas dengan mengasap lubang-lubang mereka/disemprot dengan insektisida sistemik yg mengandung bahan aktif karboril (Sevin 85 S).
Kumbang-kumbang belalai (weevil) coklat yg menyerang kuncup, Ochyromera artocarpi, merupakan hama nangka yg khas. Tempayaknya (grubs) masuk ke dlm kuncup & buah yg masih lunak, yg dewasa memakan daun. Bagian tanaman yg terserang dihancurkan, & diperlukan insektisida. Menyeruaknya kumbang bersayap selaput (spittle bug), Cosmoscarata relata, memakan daun muda. Nimfa hidup bersama-sama dlm suatu massa busa yg disekresi oleh mereka ; nimfa dipungut & dihancurkan. Larva lalat buah , Dacus dorsalis & D. umbrosus sering menyerang buah. Untuk menghindari serangannya, buah nangka hendaknya dibungkus; buah yg matang atau kelewat matang jangan dibiarkan bergeletakkan di tanah, tetapi hendaknya dikubur-kubur dalam, & penyemnprotan pada umpan dapat dilakukan.
Hama-hama lainnya adalah bermacam-macam serangga pengisap, seperti kutu tepung, afid, lalat putih, & ‘thrips’, juga ulat perekat daun (leaf webber).
Hama nangka yg lain adalah kepik Helopeltis (Miridae,Hemiptera). Nimfa & kepik dewasa menghisap cairan bagian tanaman yg masih muda (daun & buah). Ukuran telurnya 1,5 m, diletakkan dengan cara ditusukkan pada jaringan tanaman. Masa inkubasi 5-7 hari. Nimfa & kepik dewasa warnanya bervariasi, hijau atau kuning-kehitaman & kuning oranye. Mengalami 5 kali masa instar. Kepik dewasa panjangnya berkisar 6,5-7,5 mm dengan kemampuan bertelur sampai 18 butir. Beberapa musuh alami diantaranya yg berupa parasit adalah Euphorus helopeltis, Erythmelus helopeltis & sebagai predator adalah Sycanus leucomesus, Isyndrus sp. & Cosmolestes picticeps. Untuk pengendaliannya populasi biasanya terkendali oleh musuh alam apabila populasi tinggi dapat dilakukan dengan insektisida misal Lannate 25 WP, Atabron 50EC.
Penyakit Nangka
Bakteri mati bujang (Erwinia carotovora) sering menyerang pohon nangka, juga cempedak. Jamur tersebut pertama kali menyerang bagian pucuk & turun pada tajuk berikutnya. serangan yg hebat dapat mematikan pohonnya. Di India dilaporakan serangan busuk akar & busuk batang dilakukan oleh jamur Rhizopus artocarpi yg menyebabkan keruguian tanaman hingga 15-30 %.
Jamur ini umunya meyerang tunas bunga. Beberapa penyakit yg cukup penting antara lkain Colletotrichum lagenarium, Phomopsis artocarpina, Septoria artocarpi, & Corticium salmonicolor. Jamur tersebut kebanyakan menyerang pada musim penghujan. Pemotongan bagian tanaman yg terserang akan banyak membantun mengatasi serangan, di samping itu sanitasi kebun & pemupukan dapat meningkatkan kesehatan tanaman.

Hama dan penyakit al pukat

Serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan kematian pada tanaman alpukat. Untuk itu perlu diketahui jenis hama dan penyakit pada tanaman alpukat dan bagaimana cara pengendaliannya.
A. Hama 
Hama merupakan binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman. Jenisnya bermacam-macam. Berikut ini hama yang menyerang pada tanaman alpukat.

1. Ulat kipat 
Ulat kipat atau disebut dengan nama ilmiah Cricula trisfenestrata Helf. Ulat ini memiliki tubuh berwarna hitam dengan bercak-bercak putih, kepala dan ekor warna merah serta seluruh tubuh dipenuhi rambut putih. Gejala serangan ulat ini daun-daun alpukat tidak utuh dan terdapat bekas gigitan. Bahkan pada serangan yang hebat, daun dapat habis sama sekali tetapi tanaman tidak akan mati. Terlihat kepompong yang bergelantungan. Umumnya masyarakat tidak memberantasnya karena setelah terjadi serangan, tanaman akan berbunga dan berbuah lebat.
2. Kutu dompolan putih
Hama ini berbentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuhnya 3 mm. Gejalanya pertumbuhan tanaman alpukat terhambat dan kurus. Tunas muda, batang, tangkai bunga, tangkai buah, dan buah yang terserang akan terlihat pucat dan kelamaan kering. Untuk pengandaliannya dapat disemprot dengan insektisida yang mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat atau karbaril.
3. Kumbang bubuk cabang 
Kumbang ini disebut dalam bahas latinnya Xyleborus coffeae Wurth . kumbang ini lebih menyukai tanaman kopi. Tubuhnya berwarna coklat tua dan berukuran 1,5mm. Gejalanya pada tanaman alpukat terdapat lubang yang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting. Pada dinding berlubang tadi terkadang ditumbuhi cendawan Ambrosia terowongan atau lubang tadi dapat semakin besar sehingga makanan tidak tersalurkan ke daun. Kemudian daun jadi layu dan akhirnya cabang atau ranting mati. Pengendaliannya cabang yang terserang dipangkas dan dibakar. Dapat juga disemprot insektisida berbahan aktif asetat atau diazinon yang terkandung dalam ortheme 75 SP dengan dosis pemberian 0,5-0,8 g/l dan Diazinon 60 Ec dengan dosis 1-2 cc/l. Cara pengendaliannya selain di semprotkan dapat juga disuntikkan ke lubang tadi.
4. Tungau bercak dua 
Hama tungau ini disebut bercak dua karena pada punggungnya terdapat dua bercak hitam yang meluas ke perut bila telah tua. Tungau betina atau tungau jantan mempunyai warna dasar tubuh hijau kekuningan. Gejala pada permukaan daun terdapat bintik-bintik kuning yang kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang yang halus. Serangan yang hebat menyebabkan daun menjadi layu dan rontok. Pengendaliannya dapat di semprot dengan akarisida yang berbahan aktif antara lain dikofol, binapakril, dan tetradifon.
B. Penyakit 
Penyakit alpukat yang disebabkan oleh virus dan bakteri, antara lain :
 
1. Bercak daun atau bercak coklat
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cercospora purpurea. Jamur ini berwarna gelap dan menyukai tempat yang lembab. Gejalanya ada bercak coklat muda dengan tepi coklat tua dipermukaan daun. Bercak ini berukuran 1mm, bersudut-sudut atau bila bersatu diameternya mencapai 1,5cm. Bagian lain yang diserang adalah buah alpukat. Pengendalianya dengan menyemprotkan fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dosisnya 1-2 g/l ; Cupravit OB 21 dosis 4 g/l.
 
2. Busuk akar dan kanker batang 
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthoro. Jamur ini hidup saprofit di tanah yang mengandung bahan organik, menyukai tanah basah dengan drainase jelek. Gejala bagian tanaman yang di serang adalaha akar dan batang. Tanaman yang terserang akarnya jadi busuk. Tunas-tunas muda jarang tumbuh, daun yang baru tumbuh ukurannya lebih kecil dan berwarna hijau kekuningan. Pengendalian drainase yang baik dengan membongkar tanaman itu kemudian menggantinya dengan tanaman lain.
3. Busuk buah 
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Botryodiplodia theobromae Pat. Jamur ini menyerang bila ada luka pada permukaan buah. Gejala bagian yang pertama kali diserang adalah ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak coklat yang tidak teratur. Pengendaliannya dengan mengoleskan bubur Bordeaux atau menyemprotkan fungisida volimex 80 WP yang berbahan aktif zineb dan dosis pemberian 2-2,5 g/l.

Hama pada tanaman cabai

Hama ulat
Jenis ulat yang biasa menyerang tanaman cabai adalah jenis ulat grayak (Spodoptera litura), Helicoverpa sp. dan Spodoptera exigua. Untuk jenis ulat grayak ini memakan daun tanaman cabai sedangkan Helicoverpa sp. dan Spodoptera exigua menyerang buah cabai baik masih hijau atau sudah merah.
Ketiga ulat tersebut biasanya menyerang pada malam sore atau malam hari. Jadi untuk mengatasi untuk mengendalikan hama ini lebih baik dilakukan waktu malam hari.
Hama Tungau
Jenis tungau yang biasa menyerang tanaman cabai adalah tungau kuning (Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranycus sp.). Jika terserang hama tungau daun cabai akan keriting menggulung kebawah. Selain itu daun menjadi tebal dan kaku dan nantinya daun akan berubah warna jadi coklat dan tanaman mati. Hama ini juga sering dijumpai di tanaman singkong, jadi usahakan area tanam tidak berdekatan dengan tanaman singkong.
Jika serangan baru sedikit bisa dikendalikan dengan mencabut atau memotong pucuk-pucuk tanaman yang terserang tungau. Tetapi jika sudah parah bisa dilakukan penyemprotan dengan akarisida.
Hama Kutu Daun
Jenis kutu daun yang menyerangtanaman cabai adalah Myzus persicae. Hama kutu daun menghasilkan cairan berwarna kuning kehijaun yang mengundang semut dan mengundang datangnya cendawan yang menimbulkan jelaga hitam pada permukaan daun.
Untuk mengatasi hama kutu daun bisa dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang mengandung fipronil atau diafenthiuron. Sedangkan waktu yang tepat untuk penyemprotan adalah diwaktu sore hari.
Hama Lalat Buah
Serangan lalat buah pada tanaman cabai bisa menimbulkan efek yang sangat buruk, serangan lalat buah menyebabkan buah rontok sehingga menyebabkan gagal panen. Buah yang sudah terserang lalat ini jika buah dibelah maka didalamnya aka nada larva.
Untuk mengatasi serangan lalat buah bisa menggunakan perangkap lalat buah, pemasangan perangkap lalat buah lebih baik dipasang sejak cabai berumur 1 bulan. Jika serangan lalat buah cukup parah bisa diatasi dengan disemprot insektisida dipagi hari.
Hama trips (Thrips)
Ciri-ciri jika terserang hama ini adalah munculnya garis-garis keperakan pada daun, muncuk bercak kuning kecoklatan dan pertumbuhan tanaman lambat / kedir. Hama trips ini biasanya terjadi pada musim kemarau.
Jika serangan hama trips sudah parah bisa dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang mengandung bahan aktif fipronil.

Penyakit Pada Tanaman Cabai

Bercak Daun pada Tanaman Cabai
Penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur Cercospora capsici. Seperti namanya ciri terserangya jamur ini munculnya bercak pada daun berwarna abu-abu. Jika kondisi sangat lembab atau pada musim hujan serangan bercak daun akan meningkat.
Untuk mecegah terjadinya becak daun biasa dilakukan mulai tahap pemilihat benih yang sehat dan bebas pathogen. Jarak tanam juga harus perhatikan jika tanaman terlalu rapat membuat tanaman jadi lembab dan mudah terserang jamur.
Jika ada tanaman yang terserang lebih baik langsung dimusnakan dengan cara dibakar. Jika sudah terlalu parah bisa dilakukan penyemprotan dengan fungisida.
Patek / antraknosa pada tanaman cabai
cabai terserang patek
Penyakit patek disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici danColletotrichum gloeosporioides. Jika menyerang ketika masih pembibitan akan menyebabkan kecambah layu jika pada tanaman dewasa menyebabkan mati pucuk, busuk kering pada batang dan daun sedangkan efek pada buah cabai akan membusuk seperti terbakar.
Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe. Pencegahan bisa dilakukan dengan memilih benih yang sehat dan bebas patogen. Pengendalian bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang dan penyemprotan fungisida.
Penyakit Busuk pada Tanaman Cabai
Biasanya penyakit busuk pada tanaman cabai disebabkan oleh Phytophthora capsici yang menyebabkan busuk pada cabang dan Choanosearum sp yang menyebabkan busuk kuncup. Tetapi untuk busuk kuncup ini masih sangat jarang ditemukan di Indonesia sedangkan busuk cabang biasanya menyerang pada musim hujan.
Untuk mengatasi penyakit busuk pada tanaman cabai bisa dengan mengurangi pemberian pupuk nitrogen seperti urea dan ZA. Pengaturan jarak tanam juga menjadi faktor penting. Sedangkan untuk mengatasi dengan cara penyemprotan fungisida.
Penyakit Layu pada Tanaman Cabai
Untuk penyakit ini biasanya disebabkan oleh banyak faktor, seperti karena cendawan atau karena bakteri. Cendawan yang menyebabkan penyakit layu adalah Fusarium sp., Verticilium sp. dan Pellicularia sp sedangkan bakteri yang menyebabkan layu adalah bakteri Pseudomonas solanacearum.
Penyakit virus kuning / bule
Jika terkena penyakit ini batang cabai akan berubah menjadi kuning hal ini karena disebabkan oleh virus Gemini, virus tersebut biasanya dibawa dari benih yang ditularkan melalui kutu.
Untuk mengatasi tidak dapat dengan metode penyemprotan tetapi harus dilakukan sejak dini, salah satunya adalah memilih benih yang baik dan tidak mengandung virus.
Penyakit Mosaik / keriting daun
Untuk penyakit ini disebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV). Ciri-ciri jika tanaman terserang penyakit ini adalah pertumbuhan tanaman jadi kerdir diikuti dengan daun berwarna belang-belang (hujau muda dan hijau tua), ukuran daun juga kecil dan tulang daun berwarna kuning.
Penyebaran penyakit ini biasanya disebabkan oleh aktivitas serangga. Jadi jika terkena penyakit mosaik lakukan pemusnahan tanaman cabai yang parah, dan untuk mencegah penularan penyakit lakukan penyemprotan untuk membunuh serangga (penyakit tidak mati karena penyemprotan)
Denimikian Hama dan penyakit pada tanaman cabai beserta cara menanganinya.

Budidaya Aren atau kolang kaling

Arenga_Pinata_Palm2


I. Pendahuluan

Masyarakat pada umumnya, sudah sejak lama mengenal pohon aren sebagai pohon yanh dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan. Hamper semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi, tanaman ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak.
Selama ini pemenuhan akan permintaan bahan baku industri yang berasal dari bagian-bagian pohon aren, masih dilayani dengan mengendalikan tanaman aren yang tumbuh liar (tidak ditanam orang). Bagian-bagian fisik pohon aren yang dimanfaatkan, misalnya akar ( untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai peralatan), Ijuk (untuk kerpeluan bangunan), daun (kususnya daun muda untuk pembungkus dan merokok). Demikian pula hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.
Permintaan produk-produk yang dihasilkan dari tanaman ini akan selalu meningkat sejalan dengan perkembangan pembangunan yang ada. Oleh karena itu penanaman atau pembudidayaan tanaman aren mempunyai harapan atau prospek yang baik dimasa datang.
Saat ini telah tercatat ada empat jenis pohon yang termasuk kelompok aren yaitu : Arenge pinata (Wurmb) Merr, Arenge undulatitolia Bree, Arenge westerhoutii Grift dan Arenge ambcang Becc. Diantaranya keempat jenis tersebut yang sudah dikenal manfaatnya adalah arenge piñata, yang dikenal sehari-hari dengan nama aren atau enau.
Usaha pengembangan atau pembudidayaan tanaman aren di Indonesia sangat memungkinkan. Disamping masih luasnya lahan-lahan tidak produktif, juga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, sekaligus meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut melestarikan sumber daya alam serta lingkungan hidup.

II Mengenal Aren

A. Bentuk Pohon, Bunga dan Buah
Aren termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). BAtangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm.

Tanaman ini hamper mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya,, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas), maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan.
Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin.
B. Penyebaran dan Syarat Tumbuh
Wilayah penyebaran aren terletak antara garis lintang 20º LU – 11ºLS yaitu meliputi : India, Srilangka, Banglades, Burma, Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hawai, Philipina, Guam dan berbagai pulau disekitar pasifik. (Burkil, 1935); Miller, 1964; Pratiwi (1989).

Di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar hamper diseluruh wilayah Nusantara, khususnya di daerah perbukitan dan lembah.
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus (Hatta-Sunanto, 1982) sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh pada ketinggian 9 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 800 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun atau pada iklim sedang dan basah menurut Schmidt dan Ferguson.
C. Nama-nama Daerah
Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (dayak,Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Maluku).

D. Kegunaan Pohon Aren.
Pohon aren dapat dimanfaatkan, baik berfungsi sebagai konservasi, maupun fungsi produksi yang menghasilkan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi.

a. Fungsi Konservasi
Pohon aren dengan perakaran yang dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah. Disamping itu pohon aren yang dapat tumbuh baik pada tebing-tebing, akan sangat baik sebagai pohon p[encegah erosi longsor.
b. Fungsi Produksi
Fungsi produksi dari pohon aren dapat diperoleh miulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Di Jawa akar aren digunakan untuk berbagai Obat Tradisional (Heyne, 1927; Dongen, 1913 dalam Burkil 1935). Akar segar dapat menghasilkan arak yang dapat digunakan sebagai obat sembelit, obat disentri dan obat penyakit paru-paru.
Batang yang keras digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan ada pula yang digunakan sebagai bahan bangunan. Batang bagian dalam dapat menghasilkan sagu sebagai sumber karbohidrat yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, soun, mie dan campuran pembuatan lem (Miller, 1964). Sedangkan ujung batang yang masih muda (umbut) yang rasanya manis dapat digunakan sebagai sayur mayor (Burkil, 1935).
Daun muda, tulang daun dan pelapah daunnya, juga dapat dimanfaatkan untuk pembungkus rokok, sapu lidi dan tutup botol sebagai pengganti gabus. Tangkai bunga bila dipotong akan menghasilkan cairan berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah menjadi gula aren atau tuak (Steenis et.al., 1975). Buahnya dapat diolah menjadi bahan makanan seperti kolang-kaling yang banyak digunakan untuk campuran es. Kolak atau dapat juga dibuat manisan kolang-kaling.

III. Penanaman Aren

A. Pengumpulan dan Pemilihan Biji.
Tanaman aren dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji). Dengan cara ini akan diperoleh bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara besar-besaran.

Langkah yang perlu dilakukan dalam pengumpulan dan pemilihan biji adalah sebagai berikut :
  • Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan.
    • Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat, berdaun lebat.
    • Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging buah lunak).
    • Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm)
    • Kulit buah halus (tidak diserang penyaklit).
  • Keluarkan biji aren buah yang telah dikumpulkan dengan membelahnya.
  • Memilih biji-bijian aren yang memenuhi syarat :
    • Ukuran biji relative besar
    • Berwarna hitam kecoklat0coklatan
    • Permukaan halus (tidak keriput)
    • Biji dalam keadaan sehat/tidak berpenyakit.
  • Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah aren terkandung asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan menimbulkan rasa sangat gatal. Oleh Karen itu perlu perlu dilakukan pencegahan antara lain dengan cara :
    • Memakai sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji dari buahnya.
    • Hindari agar tangan kita tidak menyentuh bagian tubuh lain, ketika mengeluarkan biji-biji aren tersebut dari buahnya.
    • Cara lain untuk mencegah agar tidak terkena getah aren ketika kita sedanga mengeluarkan bijinya dari buah yaitu dengan memeram terlebih dahulu buah-buah aren yang sudah tua sampai membusuk. Pemeraman dapat dilakukan dengan memasukan buah aren de dalam kotak kayu dan ditutup dengan karung goni yang selalu dibasahi. Setelah ± 10 hari, buah aren menjadi busuk yang akan memudahkan pengambilan biji-bijian.
B. Pembibitan
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari permudaan alam dan bibit dari hasil persemaian biji.

a. Pengadaan bibit dari permudaan alam/anakan liar.
Proses pembibitan secara alami dibantu oleh binatang yaitu musang. Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya dan bijinya keluar secara utuh dari perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Untuk menanamnya dilapangan, dapat dilakukan dengan mencabut secara putaran (bibit diambil bersama-sama dengan tanahnya).
Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam di lapangan atau melalui proses penyapihan dengan memasukan anakan dke dalam kantong plastic (polybag) selama 2-4 minggu.
b. Pengadaan bibit melalui persemaian
Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan persemaian.
Proses penyemaian biji aren berlangsung agak lama. Untuk mempercepatnya dapat dilakukan upaya perlakuan biji sebelum disemai yaitu :
  • Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit.
  • Meredam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.
  • Mengikir biji pada bagian dekat embrio.
Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastic tersebut sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15 bulan.
Pemeliharaan bibit di persemaian dilakukan dengan cara :
  • Penyiraman 2 kali sehari, pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00
  • Penyiangan persemaian yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu.
  • Pemberantasan hama dan penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
C. Penanaman
Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim monokultur atau dengan sistim agroforestri/tumpangsari. Dengan sistim monokultur terlebih dahulu dilakukan pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada (land clearing) dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.

Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m. untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP, sekitar 3 – 5 hari setelah lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi naungan atau peneduh.
Sistim agroforestri/tumpangsari, ini dapat dilakukan dengan menamai bagian lahan yang terbuka yaitu diantara kedua tanaman pokok dengan tanaman penutup tanah seperti leguminose atau tanaman palawija
D. Pemeliharaan Tanaman
Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman aren meliputi :

a. Pengendalian Hama Penyakit
Hama dan penyakit pohon aren belum terlalu banyak di ketahui. Namun sebagai langkah pencegahan dapat didekat dengan mengetahui hama dan penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain seperti kelapa, kelapa sawit dan sagu.
Hama pada tanaman jenis Palmae antara lain berupa kumbang badak (Oryctes thinoceros), kumbang sagu (Rhinochophorus ferrugineus(, belalang (Sexava spp). Hama lain untuk pohon aren ini adalah pengisap nira dan bunga seperti lebah, kelelawar dan musang. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara :
  • Mekanis, yaitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama ditebang dan dibakar.
  • Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu seperti Heptachlor 10 gram, Diazonin 10 gram dan BHC.
Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren di persemaian adalah bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp., Helmiathosporus sp. penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX 200.
b. Penanggulangan tanaman pengganggu (gulma)
Tanaman pengganggu (gulma) pada tanaman aren sangat mengganggu pertumbuhannya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus dilakukan.
Gulma pada tanaman/pohon aren umumnya terdapat di dua tempat yaitu pada bagian batang (seperti benalu dan kadaka) dan pada tanah di sekitar pangkal teratur yaitu 4 kali setahun sampai tanamanberumur 3-4 tahun. Teknis pemberantasannya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan menghilangkan tanaman pengganggu tersebut dari pohon aren.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan agar lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada tanaman berumur 1 -3 tahun dengan memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk kandang dan KCL yang ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah digemburkan tanahnya.

IV. Pemungutan Hasil

A. Jenis Hasil
Seperti telah diuraikan di muka, hamper semua bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan atau menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi.
Jenis produk yang dihasilkan dari pohon aren yaitu sebagai berikut :
  • Ijuk sebagai bahan baku pembuatan peralatan keperluan rumah tangga.
  • Nira sebagai bahan baku gula merah, tuak, dan cuka.
  • Kolang-kaling yang dihasilkan dari buah pohon aren.
  • Tepung aren sebagai bahan baku pembuatan sabun, mie, dawet (cendol).
  • Batang pohon sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga.
B. Pemungutan Hasil
Ijuk
Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.
Pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itumenempel.
Lempenganlempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren, masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan sisir kawat. Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk membuat tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk dll.

Nira

Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.
Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan persiapan penyadapan yaitu :
  • Memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepung sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kuning tertutup oleh tepungsari yang jatuh.
  • Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayun-ayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.
Pemukulan dan pengayunan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang dua hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang lebih 250 kali.
Untuk mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah dipukul-pukul dan diayun-ayun tersebut sudah atau belum menghasilkan nira, dilakukan dengan cara menorah (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila torehan tersebut mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap.
Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasang bumbung bamboo sebagai penampung nira yang keluar.
Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore. Pada setiap penggantian bumbung bamboo dilakukan pembaharuan irisan potongan dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar dengan lancer.
Setiap tongkol (tandan) bunga jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3 – 4 bulan sampai tandan mongering. Hasil dari air aren dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman segar.
Tepung aren
Tepung aren dapat dihasilkan dengan memanfaatkan batang pohon aren dengan proses sebagai berikut :
  • Memiliki batang pohon aren yang banyak mengandung pati/tepungnya dengan cara :
    • Umur pohon relative muda (15 – 25 tahun)
    • Menancapkan kampak atau pahat ke dalam batang sedalam 10 – 12 cm pada dari ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah.
    • Periksa ujung kampak atau pahat tersebut apakah terdapat tepung/pati yang menempel.
    • Apabila terdapat tepung/pati, tebang pohon aren tersebut.
  • Potong batang pohon yang sudah ditebang menjadi beberapa bagian sepanjang 1,5 – 2,0 m.
  • Belah dan pisahkan kulit luar dari batang dengan empelurnya.
  • Empelur diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air bersih (diekstraksi).
  • Hasil ekstraksi diendapkan semalaman (±12 jam) dilakukan pemisahan air dengan endapannya. Lakukan pencucian kembali dengan air bersih dan diendapkan lagi, sampai menghasilkan endapan yang bersih
  • Hasil endapan dijemur sampai kering.
Tepung aren dapat dipergunakan sebagai bahan baku seperti mie, soun, cendol, dan campuran bahan perekat kayu lapis.
Kolang Kaling
Kolang kaling dapat diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah masak. Tiap buah aren mengandung tiga biji buah. Buah aren yang setengah masak, kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji (endosperm) berwarna putih agak bening dan lembek, endosperm inilah yang diolah menjadi kolang-kaling.
Adapun cara untuk membuat kolang-kaling :
  • Membakar buah aren dengan tujuan agar kulit luar dari biji dan lender yang menyebabkan rasa gatal pada kulit dapat dihilangkan. Biji-biji yang hangus, dibersihkan dengan air sampai dihasilkan inti biji yang bersih.
  • Merebus buah aren dalam belanga/kuali sampai mendidih selam 1-2 jam. Dengan merebus buah aren ini, kulit biji menjadi lembek dan memudahkan untuk melepas/memisahkan dengan inti biji. Inti biji ini dicuci berulang-ulang sehingga menghasilkan kolang-kaling yang bersih.
Untuk menghasilkan kolang-kaling yang baik )bersih dan kenyal) inti biji yang sudah dicuci diendapkan dalam air kapur selama 2 – 3 hari. Setelah direndam dlam air kapur, maka kolang-kaling yang terapung inilah yang siao untuk dipasarkan.
Sumber: http://disbun.jabarprov.go.id/data/arsip/Budidaya%20Tan.%20Aren.doc.

Budidaya Aren – Jual Benih Aren

Prospek emas si pohon Aren sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Bonang, seorang waliyulloh penyebar Agama Islam di Pulau Jawa. Konon beliau waktu itu dirampok/ dibegal oleh berandal Lokajaya yang menginginkan harta dari Kanjeng Sunan Bonang.
Singkatnya menurut alkisah, beliau menunjuk pada pohon Aren dan mengatakan bahwa kalau ingin harta banyak lihatlah pohon Aren itu. Maka berandal Lokajaya itu melihat emas di pohon Aren tersebut. Buahnya laksana emas yang bergelantungan.
Emas adalah lambang kemakmuran dan kesejahteraan, bahkan lambang kemewahan. Ternyata baru awal tahun 2000-an ini para ahli bangsa Indonesia baru menyadari isyarat tersembunyi atau rahasia emas si pohon Aren. Kanjeng Sunan memang tidak menjelaskan secara jelas, namun kiranya Tuhan Yang Maha Latif mengajarkannya melalui ilmunya seorang Wali yaitu Kanjeng Sunan Bonang kepada berandal Loka Jaya.
Ternyata emas itu berasal dari Nira Aren yang keluar dari hasil sadapan tangkai bunga, baik dari tangkai bunga betina maupun tangkai bunga jantan. Pohon yang sudah maksimal pertumbuhan vegetatifnya (sekitar umur 6 tahun kalau tumbuh liar atau alami) akan mengeluarkan bunga betina sampai dengan 6, 8 atau 12 tandan bunga betina. Ada juga pohon Aren yang tidak pernah mengeluarkan tandan bunga betina, namun langsung dari awal masa generatifnya hanya tandan bunga jantan saja sampai akhir.
Tandan bunga pertama muncul dari bagian paling atas pohon kemudian tandan berikutnya muncul dari ketiak pelepah daun yang berada di bawahnya. Tandan bunga selanjutnya muncul terus menerus bergantian dari atas menuju ke bawah sampai pada bekas ketiak pelepah daun terbawah.
Dari seorang petani Aren yaitu Bapak Sarman di Mambunut Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, diketahui bahwa ternyata tandan bunga betina yang biasanya mengeluarkan buah kolang-kaling, bisa disadap air niranya. Bahkan hasil nira dari tandan bunga betina ini hasil sadapannya mencapai 40 liter Nira setiap hari per pohon. Setiap hari dilakukan dua kali sadap, yaitu pagi sekitar jam 7.00 dan sore sekitar jam 17.00. Hasil sadapan pagi biasanya lebih banyak dari pada yang sore hari. Keluarnya nira yang paling deras terjadi pada waktu sekitar jam 03.00 s/d jam 04.00 dini hari. Dia mengilustrasikannya, bahwa seperti manusia kalau dia kedinginan keringatnya kurang tapi kencingnya yang banyak.
Kalau seandainya pohon Aren ini dikebunkan seperti sang pendatang dari Brazil, yaitu Kelapa Sawit, dengan bibit yang unggul, pemeliharaan yang intensif, pemupukan yang cukup, pengelolaan menejemen kebun yang memadai. Tentu hasilnya akan lebih baik dari pada yang sekarang ini dihasilkan dari pohon yang alami bahkan yang tumbuh liar dengan jarak yang tidak beraturan.
Dengan memakai asumsi produksi yang alami saja misalkan 10 liter nira/hari/pohon; jika 100 pohon yang disadap setiap harinya (dari populasi 250 pohon setiap hektar), maka akan diperoleh nira 1.000 liter/hari/ha. Rendemen gula merah dari nira sekitar 20-26,5 %, artinya dari 1.000 liter maka akan diperoleh sekitar 200-265 kg gula merah setiap hari. Kalau harga di tingkat petani Rp 5.000/kg, maka setiap hari pendapatan kotor petani aren dengan areal 1 hektar akan memperoleh sekitar Rp 1.000.000/hari/ha sampai dengan Rp 1.325.000/hari/ha.
Tentu pendapatan itu masih dikurangi dengan biaya tenaga sadap sebanyak 3-5 orang, tenaga pengolah gula 1-2 orang. Berarti setiap hektarnya kebun sudah menyerap tenaga kerja antara 4-7 orang, memberi pendapatan kepada petani pemilik yang demikian besar.
Bukankah ini yang dimaksud dengan kemakmuran, yaitu petani dengan pendapatan tinggi, tidak ada lagi pengangguran, roda ekonomi di pedesaan akan berjalan lagi ……. yaaaa… prospek emas dari pohon Aren itu akan menjadi kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk negeri, seperti isyarat sang Waliulloh Kanjeng Sunan Bonang. [Sumber]

Cara membuat cincau hijau

Es cincau hijau—tiga kata yang bisa bikin seseorang tergiur apalagi ketika siang hari terik. Selain cocok sebagai minuman pelepas dahaga, cincau hijau juga memiliki banyak manfaat untuk menyembuhkan berbagai keluhan kesehatan, termasuk sebagai obat panas dalam. Cara membuat cincau hijau pun sangat sederhana. Tidak butuh banyak upaya dan waktu untuk membuatnya.
Tanaman cincau rambat (Cyclea barbata) dan cincau perdu (Premna oblongifolia) merupakan dua jenis tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan baku cincau.
Tanaman cincau rambat adalah yang tersering digunakan. Daunnya berwarna hijau dengan bentuk bulat telur dan ada juga yang berbentuk segitiga. Panjang daunnya antara 8-16 cm dan memiliki lebar 4-12 cm. Bunga cincau berwarna kuning kehijauan. Cincau yang terbuat dari tanaman ini adalah sari pati dari daunnya.
Tanaman penghasil cincau yang berikutnya ialah cincau perdu. Daunnya berwarna hijau dengan bentuk bulat memanjang dengan bagian ujung yang meruncing. Cincau yang dihasilkan cincau perdu sama-sama berwarna hijau tetapi dibuat dari sari pati daun yang sudah dilayukan terlebih dulu.
Cara membuat cincau hijau lebih sederhana dan mudah daripada proses membuat cincau hitam. Akan tetapi, daya tahan cincau hijau tergolong sangat singkat. Cincau hijau hanya tahan satu hari jika disimpan dalam suhu ruangan, dan bisa tahan sampai 3 hari bila disimpan di kulkas.
Untuk membuat cincau hijau, ikutilah langkah-langkah sederhana ini:
  • Petik daun cincau hijau sebanyak 50 lembar (pilih yang sudah cukup tua), siapkan wadah (baskom/mangkuk) untuk membuat cincau, dan air matang 500 ml.
  • Cuci daun-daun sampai bersih lalu sobek-sobek daun jadi kecil-kecil agar lebih banyak lendir yang dikeluarkan.
  • Remas atau lumatkan secara perlahan daun cincau tersebut sampai keluar gel/lendir berwarna hijau tua. Selama proses pelumatan, secara berkala tuangkan air matang ke remasan cincau sedikit demi sedikit.
  • Setelah dirasa sudah dilumat sampai cukup pekat dan banyak, saring hasil remasan daun cincau supaya bisa didapatkan airnya saja. Tempatkan air saringan tersebut ke dalam mangkuk yang bersih.
  • Simpan air cincau hijau di tempat sejuk atau di dalam kulkas dan tunggu sampai cincau mengental menyerupai agar-agar. Biasanya diperlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 jam.
  • Jika sudah kental dan kenyal, maka Anda berhasil mempraktekkan cara membuat cincau hijau ini. Cincau sudah siap dijadikan aneka minuman segar.
Semakin banyak air yang dipakai, semakin lembek pula cincau hijau yang dihasilkan.
Cincau hijau bermanfaat untuk mendinginkan perut, menurunkan tekanan darah, meredakan sakit perut, menurunkan demam, dan mengobati panas dalam.
Setelah mengetahui cara membuat cincau hijau, tertarikkah Anda untuk mencoba bikin sendiri? Perlu diketahui bahwa cincau buatan sendiri kemungkinan besar akan lebih sehat dibandingkan cincau yang biasa dijual. Karena bisa saja cincau tersebut sudah diberikan bahan pengawet atau zat-zat kimia lain yang mungkin berbahaya.

cara membuat cincau hitam

cara membuat cincau hitam yang nantinya siap dijadikan sebagai pelengkap es buah atau es campur. Jika ada beberapa peralatan atau bahan yang kurang, segeralah untuk membelinya agar hasilnya maksimal.
Peralatan:
  • Kompor minyak atau gas atau jika Anda tinggal di pedesaan dan masih sulit mendapatkan kompor, menggunakan tungku api juga tidak masalah.
  • Alat untuk mengaduk loyang.
  • Alat penyaring yang sudah dibersihkan.
Bahan cincau hitam:
  • 1 kilogram daun janggelan (masyarakat lebih familiar dengan sebutan daun cincau kering).
  • NaOh/Abu Qi yaitu senyawa atau zat yang berguna untuk memudahkan keluarnya zat pati.
  • Tepung tapioka seperlunya.
  • Air mentah atau matang asalkan bersih seperlunya.
Cara membuat cincau hitam:
  1. Daun cincau kering (janggelan) dibersihkan terlebih dahulu menggunakan air yang jernih. Tujuan dilakukan pencucian ini agar zat pati dalam daun cincau kering bisa keluar.
  2. Semua daun cincau kering direbus kedalam panci yang sudah dituangkan air 20 liter, jangan lupa tambahkan zat NaOh/Abu Qi agar zat pati yang keluar semakin optimal. Aduk terus hingga mendidih, maksudnya agar buih yang keluar tidak tumpah.
  3. Zat pati yang sudah keluar disaring menggunakan alat penyaring.
Proses pembuatan jeli cincau hitam kenyal-kenyal:

  1. Tunggu hasil saring larutan zat pati mendingin, campurkan dengan tepung tapioka dalam wadah besar. Setelah itu aduk hingga tercampur.
  2. Rebus kedua bahan yang telah tercampur tadi ke dalam loyang maupun cetakan cincau.
  3. Biarkan selama 10 jam hingga cincau yang berbentuk jeli benar-benar dingin.
  4. Jika sudah dingin, cincau hitam siap dibungkus (bagi yang ingin dijual) atau dinikmati sendiri.

Beras hitam kaya akan manfaat

Beras hitam, jenis dan karakteristiknya

Beras hitam memiliki segudang manfaat bagi kesehatan. Dalam sejarahnya, beras ini dianggap sebagai makanan para raja. Di Cina pernah disebut sebagai beras terlarang (forbiden rice). Karena pada masa itu hanya keluarga kerajaan yang boleh mengkonsumsinya
Secara umum terdapat tiga macam beras, yakni beras putih (Oryza sativa), beras merah (Oryza glaberrima) dan beras hitam (Oryza sativa L. indica). Dari ketiga jenis itu, beras putih paling banyak dikonsumsi disusul dengan beras merah.
Di Indonesia, masyarakat lebih mengenal ketan hitam dibanding beras hitam. Meskipun warnanya sama-sama hitam, beras hitam berbeda dari ketan hitam. Begitu pula dengan kandungan nutrisinya. Sifat dan teksturnya mirip dengan beras biasa dibanding ketan.
Dari segi rasa, beras hitam sedikit pera tidak begitu “pulen” seperti beras putih. Untuk memasaknya, dibutuhkan lebih banyak air dan waktu lebih lama. Setelah matang, beras ini memiliki aroma kuat yang menguggah selera makan.